
Tak banyak yang mengetahui kekayaan tradisi budaya Jawa, termasuk falsafah kehidupan masyarakatnya.
Satu di antaranya adalah Serat Pawukon, yang menjadi ilmu titen alias panduan dalam kehidupan sehari-hari.
Serat Pawukon inilah yang ingin dilestarikan oleh para pemuda di Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Lendah, Kulon Progo .
Upayanya dilakukan lewat cara unik, yaitu kerajinan daun lontar .
Ridwan Rustamaji, Seksi Atraksi Wisata di Desa Wisata Sidorejo mengatakan Serat Pawukon adalah warisan leluhur warga setempat.
"Pawukon biasanya dijadikan panduan untuk melihat karakter seseorang berdasarkan hari lahirnya, hampir mirip zodiak," jelas Ridwan ditemui belum lama ini.
Setidaknya ada 30 wuku sesuai yang tercatat dalam naskah Serat Pawukon.
Setiap wuku siklusnya selama 7 hari, di mana setelah wuku ke-30 melewati siklusnya, maka kembali ke wuku pertama.
Keunikannya terletak pada simbol wayang yang menentukan tiap wuku, sebagai gambaran karakter.
Wuku inilah yang kemudian diilustrasikan lewat lembaran daun lontar .
Ridwan mengaku awalnya tak mudah memulai kerajinan daun lontar ini.
Ia bersama teman-temannya benar-benar memulai dan mempelajarinya dari nol.
"Bahan-bahannya awalnya dibeli dari Bali, setelah tahu prosesnya kami coba buat sendiri," ujarnya.
Daun lontar atau daun siwalan tersebut perlu direndam selama 2 pekan, kemudian direbus.
Setelahnya daun tersebut harus dipres agar lembarannya menjadi rata, barulah bisa digunakan.
Proses pembuatan ilustrasinya juga bertahap.
Ilustrasi awalnya dibuat berupa sketsa dari pensil, lalu diukir dengan alat gurat khusus, setelah baru diwarnai dengan bahan-bahan alami.
Bahan-bahan tersebut sebagian besar berupa rempah-rempah, seperti kemiri hingga berbagai jenis rimpang.
Menurut Ridwan, ada kelebihan yang dimiliki pewarna alami ini.
"Selain lebih awet, daun lontarnya juga bisa terhindar dari serangan rayap," katanya.
Ridwan mengatakan, proses yang begitu panjang ini membuat harganya pun menjadi tinggi.
Selembar daun lontar bergambar wuku ini dihargai antara Rp 1 juta hingga Rp 2 juta.
Sejauh ini, kerajinan pun dibuat berdasarkan permintaan.
Selain daun lontar , ia bersama warga juga membuat kerajinan lain seperti gantungan kunci.
"Pembelinya sejauh ini baru warga sekitar, tapi kami terus berupaya mempromosikannya," ujar Ridwan.
Timnya berencana memasukkan kerajinan tersebut sebagai bagian dari paket wisata di Sidorejo.
Kerjasama dengan sekolah setempat juga dilakukan.
Menurut Ridwan, cara ini tak hanya untuk mempromosikan kerajinan setempat.
Tetapi juga sebagai bentuk edukasi tentang kebudayaan Jawa, salah satunya ke para pelajar.
"Kami ingin Serat Pawukon ini tetap terjaga dan lestari sebagai warisan budaya leluhur," katanya.( Tribunjogja.com )
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Pemuda Sidorejo Kulon Progo Lestarikan Tradisi Lewat Kerajinan Daun Lontar, https://jogja.tribunnews.com/2023/10/01/pemuda-sidorejo-kulon-progo-lestarikan-tradisi-lewat-kerajinan-daun-lontar?page=2.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Gaya Lufityanti