Padukuhan Jurug - Suasana malam Minggu (26/7/2025) di Gedung Serbaguna Dusun Jurug tampak lebih ramai dari biasanya. Sebanyak 16 anggota kelompok tani berkumpul untuk mengikuti kegiatan sosialisasi dan praktik langsung pembuatan pupuk dan pestisida hayati berbasis jamur Trichoderma. Kegiatan ini merupakan bentuk kelanjutan dari pelatihan budidaya jamur Trichoderma yang sebelumnya telah diberikan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada, unit Lendah Melangkah, minggu kemarin.
Kegiatan dimulai pukul 19.00 WIB dengan sambutan hangat dari Kepala Dukuh Jurug, Bapak Riswawan, yang menyampaikan dukungannya terhadap upaya mahasiswa dalam mendampingi petani menuju praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya inovasi dalam pertanian agar petani bisa mengurangi ketergantungan pada bahan kimia dan sekaligus menekan biaya produksi.
Sesi sosialisasi diawali dengan penjelasan mengenai manfaat jamur Trichoderma bagi tanaman serta cara pembuatan pupuk kompos yang dicampur dengan Trichoderma oleh Shaffa Pramesya, mahasiswa Teknik Pertanian dan Biosistem. Pada sesi ini, disampaikan fungsi Trichoderma sebagai agen hayati untuk mempercepat dekomposisi bahan organik serta menekan pertumbuhan patogen tanah.
Selanjutnya, para petani diajak mengikuti praktik pembuatan pestisida hayati, yang didemokan oleh Dian Rahma, mahasiswa dari prodi Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, yang dilakukan dengan mencampurkan air leri, air kelapa, gula pasir atau molase, serta tepung beras yang telah diinokulasi dengan jamur Trichoderma.
Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan selama kegiatan berlangsung. Beberapa petani mengangkat persoalan nyata di lapangan, seperti pengaruh musim terhadap efektivitas Trichoderma, hingga pertanyaan teknis seperti manfaat masing-masing bahan campuran, terutama fungsi air kelapa dan air leri dalam proses fermentasi. Diskusi berlangsung aktif dan penuh semangat, menandakan minat tinggi petani terhadap alternatif hayati dalam pengelolaan lahan mereka.
Kegiatan ditutup dengan sesi dokumentasi bersama, dilanjutkan dengan penyerahan hasil pembuatan pupuk kompos dan pestisida hayati kepada kelompok tani, serta pembagian hasil biakan Trichoderma kepada masing-masing peserta untuk digunakan secara mandiri di lahan masing-masing. Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi langkah awal dalam menumbuhkan praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan, hemat biaya, dan siap menghadapi musim tanam berikutnya dengan pendekatan hayati yang berkelanjutan.