
Transformasi digital kini bukan lagi milik eksklusif kota-kota besar. Semangat adaptasi terhadap perkembangan zaman perlahan merambat hingga ke pelosok desa, menjangkau lapisan masyarakat yang sebelumnya belum banyak tersentuh teknologi. Salah satunya tampak di Kalurahan Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo. Di Padukuhan Jurug dan Kwarakan, geliat perubahan mulai tumbuh. Bukan lewat gebrakan besar, melainkan langkah-langkah kecil yang bermakna.
Inilah semangat yang diusung oleh tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Periode II Tahun 2025. Melalui program bertajuk “Digitalisasi UMKM melalui Integrasi QRIS sebagai Media Pembayaran Menuju UMKM yang Mandiri dan Adaptif,” mereka mengajak para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk mengenal serta menerapkan sistem pembayaran digital berbasis QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).
Program ini diinisiasi oleh Rifaldi Siboro dan Agnes Pangaribuan dari Prodi Manajemen 2022, serta melibatkan Dian (Ekonomi Pertanian dan Agribisnis 2022) dan Dani (Kimia 2022). Dengan pendekatan persuasif dan edukatif, mereka menyasar 16 pelaku UMKM di dua padukuhan melalui kunjungan langsung (door to door) pada 26 Juli 2025. UMKM yang dikunjungi mencakup beragam sektor, seperti toko sembako, warung makan, bengkel, toko pertanian, toko material bangunan, dan angkringan.
Langkah ini berangkat dari keprihatinan atas masih rendahnya adopsi teknologi pembayaran digital di kalangan pelaku usaha lokal. Berdasarkan temuan di lapangan, 90% UMKM yang dikunjungi belum terintegrasi dengan QRIS, dan bahkan sekitar 30% di antaranya belum memahami sama sekali cara kerja dan manfaat sistem tersebut. Hal ini menjadi catatan penting, terutama karena Kalurahan Sidorejo telah menyandang predikat sebagai Desa Wisata. Potensi kunjungan wisatawan semestinya menjadi peluang strategis untuk mengembangkan ekosistem transaksi non-tunai yang efisien dan inklusif.
“UMKM di Jurug dan Kwarakan ada banyak, tetapi mayoritas belum menggunakan QRIS sebagai media pembayarannya. Padahal, QRIS pasti sangat membantu pelaku UMKM dalam menjaga alur keuangan yang rapi dan jelas,” ucap Agnes.
Program ini juga merupakan implementasi nyata dari mandat yang disampaikan oleh Dr. Budi Santoso, M.Si. dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia saat Upacara Penerjunan KKN-PPM UGM Periode II.
“Dalam sambutannya, Pak Budi Santoso meminta kami sebagai mahasiswa KKN UGM untuk turut berkontribusi dalam mendorong digitalisasi UMKM. Kami pun tergerak untuk menjawab tantangan tersebut di Sidorejo,” tambah Rifaldi.
Tak hanya menyampaikan materi secara lisan, keempat mahasiswa ini juga membagikan brosur informasi yang disusun dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami oleh para pelaku usaha. Materi edukasi meliputi proses pendaftaran, manfaat integrasi QRIS, hingga dampaknya dalam pencatatan transaksi dan penyusunan laporan keuangan.
Antusiasme pelaku usaha pun mulai tumbuh. “Ya, QRIS sangat membantu ya, apalagi zaman sekarang sudah serba digital. Jadi lebih mudah dan nggak ribet urusan uang kembalian,” ungkap Evi, salah satu pemilik warung makan yang telah mulai menerapkan QRIS.
Sebagian pelaku UMKM bahkan langsung membuka rekening dan mulai mendaftarkan diri ke sistem QRIS. Untuk memperkuat keberlanjutan program, tim KKN juga merancang skema insentif melalui program promosi berhadiah bagi konsumen yang bertransaksi menggunakan QRIS di mitra UMKM binaan mereka.
“Kami telah bekerja sama dengan salah satu bank dan sepakat untuk membuka rekening dan QRIS bebas biaya sehingga tidak memberatkan,” ujar Agnes.
Langkah-langkah ini menjadi gambaran nyata bahwa transformasi digital tidak harus menunggu datangnya teknologi, tetapi bisa dibangun melalui semangat kolaborasi. Melalui pendekatan mendasar dan kolaboratif, mahasiswa KKN UGM menunjukkan bahwa akselerasi digital bisa dimulai dari desa dan manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Inisiatif ini tidak hanya menjadi jembatan menuju kemandirian UMKM, tetapi juga menegaskan bahwa penguatan ekonomi lokal adalah bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional. Dengan semangat muda dan kepedulian sosial, mahasiswa UGM turut membangun masa depan desa yang lebih inklusif, adaptif, dan berdaya saing.