
Mahasiswa KKN-PPM UGM Periode II Tahun 2025 Lendah Melangkah sukses melaksanakan program pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini berlangsung di Padukuhan Kwarakan, Kalurahan Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo. Tim KKN-PPM UGM kembali menegaskan komitmennya dalam mendorong kemandirian ekonomi lokal melalui pengembangan potensi komoditas lokal. Mayoritas warga Kalurahan Sidorejo bermata pencaharian sebagai petani dan pekebun yang membudidayakan beragam jenis tanaman.
Sebagian besar warga memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam berbagai tanaman, termasuk jahe emprit (Zingiber officinale var. amarum). Jahe emprit merupakan salah satu jenis jahe yang memiliki cita rasa dan aroma pedas yang khas. Selama ini, masyarakat umumnya hanya memanfaatkan jahe sebagai bumbu dapur atau bahan jamu rumahan. Bahkan, hasil panen masih kerap dijual dalam bentuk rimpang mentah tanpa pengolahan lanjutan.
Kondisi ini mencerminkan bahwa melimpahnya produksi jahe belum diiringi oleh upaya optimalisasi nilai ekonomisnya. Mahasiswa KKN UGM mengamati bahwa status Kalurahan Sidorejo sebagai “Desa Wisata” justru membuka peluang besar untuk pengembangan produk lokal. Menyadari potensi tersebut, mahasiswa KKN UGM mendorong peningkatan nilai tambah melalui pelatihan pengolahan jahe menjadi produk yang bernilai jual.
Melalui program bertajuk “Jejak Herbal: Pengolahan Tanaman Obat Keluarga (TOGA)”, mahasiswa UGM mengadakan pelatihan pembuatan bubuk wedang jahe instan dan sirup jahe bagi ibu-ibu Padukuhan Kwarakan. Kegiatan tersebut diadakan pada Sabtu, 19 Juli 2025, di rumah Kepala Padukuhan Kwarakan dan dihadiri oleh 14 ibu-ibu perwakilan dari RT 69 hingga RT 74.
Pelatihan yang dipandu oleh Dani Ela (Kimia 2022) dan Naura (Mikrobiologi Pertanian 2022) terbagi menjadi dua sesi utama. Sesi pertama diisi dengan materi pengantar mengenai kandungan aktif jahe, manfaatnya bagi kesehatan, serta peluang ekonominya bila diolah menjadi produk bernilai jual. Materi disampaikan secara interaktif agar peserta memahami pentingnya inovasi dalam pemanfaatan tanaman yang biasa mereka temui sehari-hari.
Setelah sesi pemaparan, kegiatan dilanjutkan dengan praktik langsung. Para peserta dipandu langkah demi langkah proses pengolahan jahe emprit menjadi produk siap jual, mulai dari pencucian, pengeringan, penggilingan, hingga pengemasan produk yang menarik. Aspek higienitas, daya tahan produk, dan strategi sederhana dalam meningkatkan nilai jual juga menjadi bagian penting dari pelatihan ini.
"Potensi jahe di sini sangat besar, tetapi selama ini seringkali hanya dijual mentah. Dengan pelatihan ini, kami ingin menunjukkan bahwa jahe bisa diolah menjadi produk yang nilainya lebih tinggi sehingga bisa menambah penghasilan keluarga dan meningkatkan kesejahteraan," ujar Dani Ela.
Pelatihan ini tidak hanya menjadi media transfer pengetahuan, tetapi juga mendukung pengembangan ekonomi lokal berbasis wisata. Dengan status Sidorejo sebagai desa wisata, produk olahan seperti wedang jahe dan sirup jahe berpeluang besar untuk dijadikan oleh-oleh khas yang menarik minat wisatawan. Kegiatan ini menjadi upaya awal untuk menumbuhkan ekonomi kreatif yang berakar dari potensi pertanian lokal.
Antusiasme dan keterlibatan aktif para peserta tampak jelas sepanjang kegiatan berlangsung. Mereka tampak antusias berdiskusi, bertanya, serta mencoba langsung setiap tahapan proses yang diajarkan.
“Matur nuwun sanget, Mas-Mba KKN. Latihan kados niki pancen migunani sanget. Dereng naté wonten pelatihan kados makaten saking KKN sakderengipun,” ujar salah satu peserta.
(Terima kasih banyak, Mas dan Mbak KKN. Pelatihan seperti ini sangat bermanfaat. Sebelumnya belum pernah ada pelatihan seperti ini dari KKN.)
Peserta lainnya menyampaikan harapannya agar pelatihan ini tidak berhenti sampai di sini.
“Mugi-mugi pelatihan niki saged dados ide usaha kagem ibu-ibu. Kulo remen sanget, nambah semangat ngembangaké wedang jahe,” ucapnya penuh semangat.
(Semoga pelatihan ini bisa menjadi ide usaha untuk para ibu-ibu. Saya sangat senang, ini menambah semangat untuk mengembangkan wedang jahe.)
Kegiatan ini membuktikan bahwa pemberdayaan masyarakat dapat dimulai dari hal-hal sederhana di sekitar kita. Melalui pendekatan yang edukatif, aplikatif, dan partisipatif, mahasiswa KKN-PPM UGM turut membuka ruang baru bagi warga desa untuk lebih mandiri secara ekonomi. Inisiatif pengolahan jahe emprit ini diharapkan menjadi pijakan awal menuju kemandirian desa dalam mengelola potensi lokal yang melimpah. Harapannya, tangan-tangan ibu-ibu Kwarakan dapat mengubah jahe menjadi sumber penghasilan baru yang berkelanjutan.