Indonesia memiliki kuliner yang sangat beragam keunikan dan cita rasanya. Salah satu makanan tradisional yang sangat terkenal di Indonesia adalah Gudeg. Gudeg dan Yogyakarta merupakan dua hal yang sulit dipisahkan karena gudeg menjadi hidangan tradisional khas Yogyakarta. Gudeg merupakan makanan tradisional yang terbuat dari nangka muda yang direbus selama beberapa jam dengan gula, kelapa, dan santan hingga berubah warnanya menjadi coklat dan bertekstur lembut. Terdapat dua jenis Gudeg yang terkenal di masyarakat Indonesia yaitu Gudeg basah dan kering. Gudeg kering biasanya hanya memiliki sedikit kuah dan santan dengan warna kemerahan dan rasa lebih manis. Sementara itu, Gudeg basah lebih banyak santan dan kuah dengan warna lebih putih. Namun terdapat satu lagi jenis Gudeg yang belum banyak diketahui oleh masyarakat, yaitu Gudeg Manggar. Gudeg Manggar masuk menjadi salah satu dari 26 warisan Budaya Tak Benda Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi pada tahun 2021 lalu.
Nama Gudeg Manggar diambil dari bahan baku yang digunakan untuk pembuatannya yakni bunga kelapa atau biasa disebut Manggar. Gudeg Manggar ini erat kaitanya dengan sejarah Ki Ageng Mangir yang merupakan salah satu menantu Panembahan Senopati. Ki Ageng Mangir merupakan putra Prabu Brawijaya V yang menjadi seorang raja besar di kerajaan Majapahit. Gudeg Manggar merupakan hasil inovasi dari Sekar Pembayun yang merupakan istri dari Ki Ageng Mangir. Dimana saat itu, di wilayah Mangir terdapat banyak pohon kelapa yang menjadi mata pencaharian utama masyarakatnya sehingga Sekar Pembayun mencoba untuk mengolah bunga kelapa tersebut menjadi masakan seperti Gudeg. Legenda menyatakan bahwa siapa saja yang menyantap Gudeg Manggar akan dikelilingi oleh aura Keraton. Keberadaaan Gudeg Manggar yang erat kaitannya dengan masa pemerintahan Ki Ageng Mangir sudah ada sejak 500 tahun yang lalu. Hal tersebut menandakan bahwa Gudeg Manggar telah ada sejak zaman kerajaan Mataram Kuno yang menjadi salah satu warisan kuliner tertua di Indonesia.
Gudeg Manggar berbeda dengan Gudeg pada umumnya karena bahan baku Gudeg ini berupa putik bunga kelapa muda. Selain bahan bakunya yang membedakan dengan Gudeg pada umumnya, Gudeg Manggar juga memiliki rasa yang khas yaitu lebih gurih. Selain itu, Gudeg Manggar memiliki tekstur yang lebih garing dan renyah. Warna Gudeg Manggar yang baik sesuai dengan pendapat sesepuh Mangir yaitu memiliki warna coklat kemerahan seperti warna daging sapi segar. Warna tersebut berasal dari daun jati yang digunakan dalam proses pembuatannya. Aroma dari Gudeg Manggar sangat menggoda karena adanya tambahan laos dalam proses pemasakaknya. Dalam penyajiannya, Gudeg Manggar bisa ditambahkan lauk pauk seperti opor ayam, sambal goreng krecek, areh dan tahu-tempe bacem.
Saat ini, Gudeg Manggar menjadi kuliner langka karena bahan bakunya tidak mudah didapatkan. Dari keseluruhan bunga kelapa, hanya bagian paling muda saja yang bisa diambil untuk pembuatan Gudeg Manggar. Selain itu, bunga kelapa juga hanya bisa diambil dari pohon kelapa yang sudah tidak produktif. Keberadaan manggar yang langka juga disebabkan kurangnya minat masyarakat untuk berkebun pohon kelapa yang hanya diambil manggarnya. Saat ini ketersediaan manggar hanya dilakukan oleh sebagian kecil dan hanya dilakukan secara personal belum pada tahap produksi massal. Semakin menjamurnya Gudeg nangka karena harga bahan yang relatif murah dan mudah ditemukan mengakibatkan Gudeg Manggar menjadi sajian langka dan dicari pembeli. Hal ini dikarenakan Gudeg Manggar menawarkan citarasa berbeda dan keunikan tersendiri serta memiliki khasiat sebagai makanan kecantikan karena hasil dari minyak kelapa tersebut yang dapat membuat awet muda.