Sejak dari pagi-pagi buta, Panji sudah membeli bahan-bahan untuk membuat POC atau singkatan dari pupuk organik cair. Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian UGM itu akan mengadakan demo cara membuat POC untuk ibu-ibu KWT Dusun Kwarakan pagi hari itu kira-kira pukul 10.00 WIB. Dari penjelasan Panji mengenai pembuatan POC, pada dasarnya bahan yang digunakan untuk membuat POC ini sederhana dan banyak ditemui disekitar kita. Berikut saya sudah membuatkan tabel kebutuhan bahan pembuatan POC lengkap beserta keterangan dari setiap bahannya.
Nama Bahan |
Keterangan |
Bahan dari nabati, contoh:
|
Diutamakan bahan yang berwujud cair seperti air leri dan air bekas cucian beras. Selain itu bisa sebagai tambahan dengan perbandingan |
Bahan dari hewani, contoh:
|
Diutamakan bahan yang berwujud cair. Diurutkan dari kualitasnya yang paling bagus yaitu urine kelinci, urine sapi, urine kambing atau domba. Tidak disarankan menggunakan urin manusia |
Tetes tebu (limbah hasil pengolahan tebu) |
Digunakan untuk memberi makan bakteri. Komposisinya paling banyak yaitu 1:2 dari keseluruhan campuran. |
Bakteri starter (opsional) |
Bakteri starter yaitu EM-4. Tidak ada takaran pasti tetapi komposisinya sedikit saja sekitar 100 ml untuk satu gallon ukuran 15L. |
Galon air |
Bisa menggunakan galon ukuran berapapun yang tutupnya tetap bisa digunakan untuk menutup galon |
Selang udara |
Sebagai saluran keluar dan masuk udara |
Aerator kolam ikan |
Sebagai pompa oksigen yang masuk ke galon |
Botol minum plastik |
Sebagai tempat penampungan alkohol |
Alkohol |
Sebagai pensteril udara dari luar |
Tidak semua dari bahan-bahan tersebut disiapkan oleh Panji sendiri. Bahan lainnya seperti limbah sayur-mayur, ampas perasan jamu, kulit pisang, air leri, dan air bekas cucian beras disiapkan oleh ibu-ibu KWT. Setelah bahan-bahan dikumpulkan, dimulailah acara demo yang diikuti oleh 8 anggota KWT Kwarakan dan 5 mahasiswa KKN UGM lainnya.
Panji menyampaikan pendahuluan dengan menyampaikan bahwa cara pembuatan POC ada banyak metode dan dengan berbagai macam bahan yang berbeda. Metode yang Panji gunakan kali ini adalah metode yang paling optimal tetapi dengan bahan-bahan yang banyak ditemui disekitar masyarakat.
Setelah itu demo praktek pembuatan POC dimulai. Pertama-tama Panji memasukkan tetes yang ia beli di dekat pabrik gula Madukismo ke dalam galon le minerale ukuran 15L sebanyak 7,5L atau setengah dari ukuran galon yang digunakan.
“penggunaan tetes memang harus banyak karena mikroorganisme yang dibudidaya dalam galon membutuhkan sumber makanan yang banyak pula” kata Panji. Proses masuknya tetes berlangsung cukup lama karena wujud tetes yang sangat kental dan volume yang digunakan cukup banyak. Lalu ia memasukkan urine kelinci yang ia dapat gratis dari peternaknya langsung sebanyak 2,5L. Kemudian barulah ampas jamu, kulit pisang, air leri, air bekas beras, sisa sayuran, dan bakteri EM-4 sebanyak 100ml dimasukkan untuk memenuhi galon tersebut.
Kemudian setelah semua bahan dimasukkan, semua isi galon tersebut diaduk sampai tercampur semua. Setelah itu ditutup menggunakan tutup galon yang sudah dipasang 3 selang. Ketiga selang itu masing-masing berguna untuk: 2 selang untuk udara input dari aerator dan 1 selang untuk udara keluar. Selang untuk udara keluar harus disteril sehingga selang tersebut harus diberi alkohol yang di taruh di dalam sebuah botol plastik. 2 selang input lainnya dimasukkan ke aerator untuk menciptakan buih-buih yang memuat oksigen. Lalu proses tersebut ditunggu hingga 7-10 hari.
Panji mengatakan “pemberian POC ini tidak usah banyak-banyak, hanya membutuhkan 2 kali penyiraman seminggu. Dan satu kali penyiraman hanya membutuhkan 400ml POC untuk 1 tangki penyiraman 16L”.
Setelah demo pembuatan POC, mahasiswa KKN UGM dan ibu-ibu KWT Kwarakan beristirahat dengan menyantap snack yang sudah disediakan oleh Ibu-ibu KWT. Kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian acara untuk menyuburkan lahan KWT. Untuk selanjutnya Panji akan membuat kompos dan sosialisasi media tanam baru. Dan untuk meyakinkan petani KWT, Panji akan menanam tanaman TOGA dan yang lainnya menggunakan media tanam yang baru dan bahan-bahan lain buatan sendiri seperti POC, kompos, dan larutan mol sendiri.
Diharapkan dengan adanya pelatihan ini hasil panen di demplot KWT bisa meningkat dan cara-cara ini bisa diadaptasi oleh petani yang lain untuk mengembangkan lahannya. Selain itu KWT bisa memanfaatkan bahan bahan yang mudah ditemukan tadi dan menghemat pengeluaran untuk menggarap lahan. Tetapi hal ini akan gagal jika mereka tidak secara aktif memanfaatkan ilmu-ilmu yang sudah mereka dapatkan.