SEBANYAK 23 disabilitas dari daerah-daerah se-Indonesia, menjadi peserta Sekolah Gradiasi di Balai Desa Sidorejo, Lendah Kulonprogo, Senin (11/11). Melalui kegiatan ini, para disabilitas dibentuk menjadi kader atau aktivis yang akan bertugas memperjuangkan hak-hak mereka di daerah masing-masing.
Sekolah Gradiasi merupakan kependekan dari gerakan pendidikan dan advokasi Indonesia inklusif. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama Pusat Rehabilitasi Yakkum dengan mitra lainnya seperti SIGAB, PERDIK, NLR Indonesia, PPRBM Solo, Sehati Sukoharjo, PPDIS Situbondo, serta didukung ASIA Fondation dan Pemerintah Australia.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin menumbuhkan kader atau aktivis gerakan disabilitas yang lebih luas,” kata Proyek Manager Program Peduli dari Pusat Rehabilitasi Yakkum, Rani Ayu Hapsari, di sela acara.
Rani menuturkan, sebelumnya ada 105 pendaftar yang berniat mengikuti Sekolah Gradiasi. Namun, pihaknya melakukan seleksi dengan kriteria tertentu sehingga terjaring 23 peserta dari seluruh Indonesia. Peserta sekolah gradiasi tidak hanya berasal dari DIY dan Jateng saja, melainkan juga luar Jawa seperti Sulawesi, Sumatera, NTT dan sebagainya.
“Kami berikan pembelajaran teori di kelas dan praktik di lapangan,” imbuhnya.
Di dalam kelas, para difabel diajarkan cara berinteraksi dan menyampaikan pendapat pada sebuah forum. Mereka terlihat antusias memberikan timbal balik. Pelatihan ini akan berlangsung selama 10 hari ke depan demi memberi bekal kepada para disabilitas agar bisa menjadi kader atau aktivis yang baik.
Materi yang diberikan dalam sekolah ini berkaitan dengan upaya mendorong agar para disabilitas memahami hak-hak mereka. Para disabilitas juga didorong untuk berani menuntut tanggungjawab pemerintah terhadap pemenuhan hak disabilitas.
Terkait pemilihan Desa Sidorejo Lendah sebagai lokasi Sekolah Gradiasi, lantaran desa ini sudah dideklarasikan sebagai desa inklusi serta mendapat pendampingan dari SIGAB. Setelah lulus dari sekolah ini, para disabilitas diharapkan memiliki rencana kerja untuk advokasi pengawalan di area masing-masing, termasuk membangun jaringan perlindungan hak disabilitas.
Sementara itu, Konsultan Program Peduli dari Asia Fondation, Bahrul Fuad menambahkan, pihaknya mendukung penuh percepatan tumbuh kembang desa inklusi di seluruh Indonesia. Sekolah Gradiasi dianggap sebagai salah satu cara efektif untuk melakukan akselerasi perkembangan desa inklusi.
“Setelahnya, para aktivis bisa menularkan apa yang dipraktikkan di sekolah ini ke desa lain. Mereka akan mendapat pembelajaran untuk diimplementasikan ke daerah masing-masing,” kata Bahrul. (Unt)\